Monday 3 October 2011

Bentuk-Bentuk Asesmen


Menurut Blaustein, D. et al. dalam Sudjana (2008) “Asesmen adalah proses mengumpulkan informasi dan membuat keputusan berdasarkan informasi itu”. Dalam mengumpulkan informasi ini guru biasanya menggunakan paper and pencil test atau disebut dengan asesmen formal atau asesmen konvensional. Disebut demikian karena metode inilah yang biasa digunakan oleh guru. Metode paper and pencil test hanya dapat mengukur kemampuan kognitif peserta didik namun belum dapat mengukur hasil belajar peserta didik secara holistik. Apabila perubahan kurikulum di Indonesia ditelaah lebih jauh, maka dapat dipahami perubahan tersebut tidak hanya dipandang sekedar penyesuaian substansi materi dan format kurikulum dengan tuntutan perkembangan zaman, tetapi juga pergeseran paradigma. Selanjutnya implikasi dari diterapkannya standar kompetensi adalah proses asesmen yang dilakukan oleh guru baik yang bersifat formatif maupun sumatif harus menggunakan acuan kriteria.
Dengan demikian dalam melakukan asesmen guru memerlukan instrumen selain paper and pencil test, artinya diperlukan asesmen yang lain atau alternatif. Asesmen alternatif tidak menghilangkan asesmen dengan metode paper and pencil test, tetapi merupakan bentuk asesmen lain yang dapat mengukur kemampuan peserta didik yang tidak dapat dijangkau dengan penilaian konvensional. Asesmen alternatif diartikan sebagai pemanfaatan pendekatan non-tradisional untuk mengases kinerja atau hasil belajar peserta didik.
1.              1. Asesmen Tradisional
1.1  Prinsip Umum
Grondlun (2005) dalam Arends (2008) memberikan prinsip yang dapat memandu guru pada saat merancang sistem asesmen dan membuat tes itu sendiri, meliputi
1.              Mengakses seluruh tujuan instruksional. Guru semestinya mengkonstruksikan tesnya sehingga dapat mengukur dengan jelas tujuan belajar dan materi yang sudah dibahas oleh siswa. Pendek kata, tes seharusnya selaras dengan tujuan instruksional guru.
2.              Mencakup seluruh ranah kognitif. Mengukur sampel tujuan pembelajaran secara representatif karena mengukur keterampilan yang lebih kompleks lebih sulit dan memakan waktu
3.              Menggunakan soal tes yang tepat. Tes yang baik mencakup soal-soal yang paling tepat untuk tujuan tertentu.
4.              Menggunakan tes untuk meningkatkan pembelajaran. Tes dapat menjadi pengalaman belajar bagi siswa. Dengan membahas hasil tes, guru memiliki kesempatan untuk mengajarkan kembali informasi penting yang mungkin belum diserap baik oleh siswa.
1.2  Konstruksi Tes
Soal-soal tes tradisional dibagi menjadi 2 tipe yaitu selected response items (soal pilihan ganda dan benar-salah, memungkinkan siswa memilih jawaban di antara alternatif yang tersedia) dan constructed-response item (esai atau jawaban pendek mengisi titik-titik, mengharuskan siswa memberikan jawabannya sendiri).
Beberapa kelemahan dari tes tradisional ini adalah dari soal benar-salah yaitu terlepas dari mereka memahami materi atau tidak, memiliki peluang sebesar 50% untuk mendapat jawaban benar. Pada tes esai, mencakup lebih sedikit topik dibanding tes obyektif dan banyak dipengaruhi keterampilan menulis daripada pengetahuan tentang konsep.
1.              2. Asesmen Alternatif
Sebagian pengamat mempercayai bahwa pada standar literasi dan numerasi yang diukur melalui tes pilihan ganda terstandar hanya sedikit menaikkan tingkat keterampilan dasar siswa tetapi tidak berhasil menaikkan dan mengukur pemikiran tingkat tinggi, keterampilan mengatasi masalah dan disposisi penting terhadap belajar.  Sebagian pendidik, orang tua dan pakar tes percaya situasi ini dapat dikoreksi dengan mengintroduksikan pendekatan baru untuk asesmen siswa (Asesmen Alternatif) yaitu penggunaan asesmen autentik dan asesmen kinerja, portofolio siswa dan pemberian nilai untuk usaha kelompok.
1.              Asesmen Kinerja. Asesmen ini menginginkan siswa dapat mengerjakan tugas tertentu seperti menulis esai, melakukan eksperimen, menginterpretasi solusi untuk masalah atau menggambarkan sesuatu. Siswa mengerjakan beragam tugas selama beberapa hari, bukan tugas yang dapat diases beberapa menit. Hal ini merupakan upaya mengukur berbagai macam keterampilan dan proses intelektual yang kompleks. Perbandingan asesmen kinerja dengan konvensional dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel Perbandingan antara Asesmen kinerja dengan Tes Konvensional
Asesmen Kinerja
Tes Konvensional
1.              Mementingkan kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuan-nya menjadi unjuk kerja yang dapat diamati atau produk yang dihasilkan
2.              Membutuhkan waktu yang banyak untuk membuat dan melaksanakan tetapi menghasilkan format penilaian yang dapat digunakan berulang-ulang pada siswa yang sama atau siswa baru
3.              memungkinkan untuk mendiag-nosis dan meremidiasi kinerja siswa dan memetakan kemajuan siswa sepanjang waktu
4.              Memfokuskan pembelajaran pada unjuk kerja siswa
1.  lebih mengutamakan pemahaman konsep siswa



2.  membutuhkan waktu yang banyak untuk pelaksanaannya lebih cepat dan dapat digunakan untuk siswa dengan jumlah banyak secara serentak, tetapi digunakan hanya sekali untuk sekelompok siswa
3.  memungkinkan untuk mendiag-nosis dan meremidiasi kinerja siswa tetapi hanya untuk soal uraian terbuka (open ended)
4.  memfokuskan pembelajaran pada materi pelajaran

1.              Asesmen Autentik. Pada asesmen kinerja, siswa memperlihatkan perilaku atau kemampuan tertentu dalam situasi kelas, sedangkan asesmen autentik menekankan pentingnya penerapan keterampilan atau kemampuan dalam konteks situasi kehidupan nyata sehingga sesuai, berarti dan bermakna bagi siswa (Arends, 2008 dan Karim, 2003)
2.              Portofolio Siswa. Portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa yang membutuhkan kinerja sesuai konteks. Portofolio biasanya berisi tes, tugas kinerja dan proyek/produk. Portofolio disiapkan siswa sedemikian rupa sehingga merefleksikan pembelajarannya sendiri.
3.              Pemberian nilai untuk usaha kelompok. Pada pembelajaran berkelompok, siswa mendapat poin dan nilai untuk hasil kerjanya dalam tim dan hasil kerja individualnya. Nilai dalan sistem ini tidak ditentukan dengan cara membandingkan siswa dengan temannya, tetapi berdasarkan banyaknya tujuan yang telah mereka kuasai.

No comments:

Post a Comment

Miera says

I MISS YOU !

Miss You..

My Twitter


it's Me

it's Me





My Song