Dalam Cooperative Learning semua anggota kelompok mempunyai
tanggung jawab untuk menentukan keberhasilan dari kelompok tersebut. Hal ini
disebabkan karena keberhasilan kelompok bukan ditentukan oleh kelompok tunggal
saja, melainkan adanya kerjasama dari seluruh anggota kelompok dalam belajar.
Apabila seluruh anggota kelompok mendapat nilai terbaik, maka otomatis prestasi
kelompok tersebut akan baik. Dimana keberhasilan dari kelompok akan diberikan
penghargaan.
Slavin (dalam
Sutrisni, 2007) mengemukanan tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik Cooperative Learning adalah sebagai berikut : 1)
Penghargaan kelompok, 2) pertanggungjawaban individu, 3) kesempatan sama untuk
mencapai keberhasilan.
Penerapan Cooperative Learning ini lebih menekankan kemandirian siswa
dalam belajar. Dimana siswa bekerja dalam kelompok secara Cooperative untuk menuntaskan materi belajarnya.
Penempatan kelompok dalam pembelajaran ini dibentuk secara heterogen dengan
melihat tingkat kemampuan siswa tersebut.
Keberhasilan
kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok.
Sehingga semua anggota kelompok mempunyai tanggung jawab untuk belajar, maka
oleh karena itu mereka saling membantu, dan menciptakan hubungan yang saling
mendukung, serta saling perduli diantara sesama anggota kelompok.
Cooperative Learning menggunakan metode skoring yang mencakup
nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari
terdahulu. Dengan menggunakan metode ini siswa yang berprestasi rendah, sedang,
atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang
terbaik bagi kelompoknya.
Karakteristik
pembelajaran kooperatif diantaranya:
a. Siswa bekerja
dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis.
b.
Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan
rendah, sedang, dan tinggi.
c. Jika
memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya,
dan jenis kelamin.
d. Sistem
penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Selain itu,
terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam
model
pembelajaran kooperatif yaitu:
a. Forming
(pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan
membentuk sikap yang sesuai dengan norma.
b. Functioniong
(pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas
kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama diantara
anggota kelompok.
c. Formating
(perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang
lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat
berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari
materi yang diberikan.
d. Fermenting
(penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman
konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi,
dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.
Manfaat
Penerapan Multiple Intelligences
Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh bila
menerapkan Multiple
Intelligence di dalam proses pendidikan yang
dilaksanakan.
1. Kita dapat menggunakan kerangka Multiple Intelligences
dalam
melaksanakan proses pengajaran secara luas.
Aktivitas yang bisa dilakukan
seperti menggambar, menciptakan lagu, mendengarkan
musik, melihat
suatu pertunjukan. Dapat menjadi ‘pintu masuk’
yang vital ke dalam
proses belajar. Bahkan siswa yang penampilannya
kurang baik pada saat
proses belajar menggunakan pola tradisional
(menekankan bahasa dan
logika), jika aktivitas ini dilakukan akan
memunculkan semangat mereka
untuk belajar.
2.Dengan menggunakan Multiple Intelligences. Anda
menyediakan
kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan
kebutuhan, minat,
dan talentanya.
3.Peran serta orang tua dan masyarakat akan
semakin meningkat di dalam
mendukung proses belajar mengajar. Hal ini bisa
terjadi karena setiap
aktivitas siswa di dalam proses belajar akan
melibatkan anggota
masyarakat.
4.Siswa akan mampu menunjukkan dan ‘berbagi’
tentang kelebihan yang
dimilikinya. Membangun kelebihan yang dimiliki
akan memberikan suatu
motivasi untuk menjadikan siswa sebagai seorang
‘spesialis’.
5.Pada saat Anda ‘mengajar untuk memahami’ , siswa
akan mendapatkan
pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan
kemampuan untuk
mencari solusi dalam memecahkan persoalan yang
dihadapinya.
6.
Sebagai seorang guru dan pembelajar Anda menyadari bahwa
ada banyak cara untuk menjadi “pintar”.
7. Semua bentuk kecerdasan sama-sama
dirayakan.
8. Dengan memiliki siswa yang mampu membuat
karya yang ditampilkan untuk orang tua dan anggota masyarakat lainnya, sekolah
Anda bisa melihat pentingnya peran orang tua dan keterlibatan masyarakat dalam
proses belajar anak.
9. Meningkatkan rasa percaya diri siswa untuk
berkarya dalam wilayah kemampuannya.
10. Siswa dapat mengembangkan keterampilan
pemecahan masalah dan menggunakannya dalam situasi kehidupan nyata.
Kesimpulan
Setiap siswa memiliki keunikannya masing-masing.
Mereka memiliki
kecerdasan yang berbeda-beda antara satu dengan
yang lainnya. Pandangan
yang menyatakan bahwa kecerdasan seseorang dapat
dilihat berdasarkan
hasil tes IQ sudah tidak relevan lagi karena tes IQ
hanya membatasi pada
kecerdasan logika (matematika) dan bahasa. Saat
ini masih banyak sekolah
yang terjebak dengan pandangan tradisional
tersebut. Masih banyak guru
yang hanya menekankan pada kemampuan logika
(matematika) dan bahasa.
Teori Multiple Intelligences, mencoba untuk
mengubah pandangan bahwa
kecerdasan seseorang hanya terdiri dari kemampuan
Logika (matematika)
Menurut
Frederick J. Mc. Donald, 1983:196 Berdasarkan atas jalarannya, maka motivasi
itu dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam
yaitu:
a. Motivasi Intrinsik ialah motivasi yang berasal
dan seseorang itu sendiri tidak usah dirangsang dari luar. Misalnya orang yang
gemar mengetahui, tidak usah ada yang mendorong atau menvuruhnya, ia telah
mencari sendiri sesuatu yang akan dikerjakan. Motivasi intrinsik ini juga
diartikan sebagai motif pendorongnya ada kaitannya langsung dengan nilai-nilai
yang terkandung didalam objek atau tujuan pekerjaan itu sendiri. Misalnya
seorang karyawan tekun mempelajari suatu pekerjaan karena ia ingin sekali
menguasai pekerjaan tersebut.
b. Motivasi Extrinsik yaitu motivasi yang
berfungsinya karena adanya perangsangan dari luar, seperti misalnya karyawan
giat karena diberi tahu akan ada kenaikan upah. Motivasi Extrinsik juga dapat
diartikan sebagai motivasi yang pendorongnya diluar kaftan atau tidak ada
hubungannya dengan niat yang terkandung di dalam objek atau pekerjaan itu.
Misalnya seorang karyawan mau belajar karena taut kepada atasan atau karena
ingin memperoleh prestasi yang lebih baik dan sebagainya.
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif–motif (daya
penggerak) yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari
luar, karena di dalam diri setiap individu sudah terdapat dorongan untuk
melakukan sesuatu.
b. Motivasi Ekstrinsik
Dorongan yang menggerakkan seseorang untuk
melakukan sesuatu itu bersumber pada suatu kebutuhan kebutuhan yang harus
dipenuhi.
Menurut Mc Clelland dalam Amirullah (2002:154-155)
mengemukakan tiga kebutuhan manusia adalah kebutuhan akan prestasi (need for
achievement), kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation), dan kebutuhan
akan kekuasaan (need for power). Orang dengan kebutuhan yang tinggi cenderung
suka bertanggung jawab untuk memecahkan berbagai macam persoalan, mereka
cenderung menetapkan sasaran yang cukup sulit untuk mereka sendiri dan
mengambil resiko yang sudah diperhitungkan untuk mencapai sasaran tersebut.
Kekurangan Dan Kelebihan Teori Behavioristik
Kekurangan
·
Pembelajaran
siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat meanistik,
dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur
·
Murid
hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang
didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.Penggunaan hukuma
sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan
·
siswa
( tori skinner ) baik hukuman verbal maupun fisik seperti kata – kata kasar ,
ejekan , jeweran yang justru berakibat buruk pada siswa.
Kelebihan
·
Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang
membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung
unsure-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya
tahan.
Contoh :
Percakapan
bahasa asing,mengetik,menari,berenang,olahraga.
Cocok
diterapkakn untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang
dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan
bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi hadiah atau pujian.
·
Dapat
dikendalikan melalui cara mengganti mengganti stimulus alami dengan stimulus
yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara
individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari
luar dirinya
No comments:
Post a Comment